BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Kewajiban bagi setiap muslimin dan muslimat untuk mengetahui tiga hal pokok dalam agama, yaitu mengetahui Rabbnya, mengetahui agamanya dan mengetahui Nabinya.
Pengetahuan tehadap ketiga hal pokok tersebut bukan hanya sekedar pengetahuan saja tapi haus dibenarkan dengan hati, diucapkan dengan lisan dan diamalkan dengan perbuatan dalam kehidupan sehari-hari, dan itulah yang dimaksud dengan iman. Dan keimanan yang ada pada seseorang harus senantiasa dan berkembang serta harus benar-benar dijaga kemurniaanya. Tidaklah dibenarkan jika keimanan itu dicampuradukan dengan berbagai kegiatan yang bertabur khurafat dan takhayul. Dan jika hal itu terjadi bukan lagi keimanan namanya melainkan kemusyrikan.
Dan pada saat ini fenomena kemusyrikan sudah banyak yang dibingkai dengan bingkai agama, sehingga ada sebagian orang yang mempunyai anggapan keliru saat selesai melakukan perbuatan syirik yang dibingkai dengan bingkai agama itu bahwa dia telah melaksanakan ajaran agama, padahal apa yang dia lakukan adalah perbuatan yang penuh dengan kesyirikan.
Selain fenomena kemusyrikan, yang harus diwaspadai agar keimanan kita dan anak didik kita tetap ada dan terjaga kemurniannya adalah “RIDDAH” atau keluar dari ajaran Islam. Fenomena yang kedua ini tidak kalah dahsyatnya berkembang dalam kehidupan sehari-hari dan kebanyakan diantara kita sering tidak sadar bahwa apa yang diucapkan, yang diperbuat, termasuk yang digerakan (dikeretegkeun = sunda) dalam hati bisa menyebabkan keluarnya kita dari Agama Islam (Murtad)
Sesuai dengan latar belakang di atas maka perlu dirumuskan tentang pentingnya pendidikan keimanan sebagai upaya sistematis dalam pendidikan agar keimanan kita tetap terjaga kemurniannya dan terhindar dari berbagai hal yang bisa merusak keimanan kita.
B. Rumusan Masalah
Untuk mempermudah pembahasan dalam makalah ini dirumuskan permasalahan sebagai berikut :
- Seberapa pentingnya pendidikan keimanan/tauhid untuk anak didik kita
- Hal-hal apasajakah yang dapat merusak keimanan/tauhid
- Upaya-upaya apasajakah yang harus kita lakukan agar keimanan kita tetapa terjaga kemurniannya
Ketiga permasalahan di atas insya Allah akan saya jadikan sebagai sasaran pebahasan dalam makalah ini dengan harapan pembahasan yang saya lakukan menjadi terarah
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pentingnya Pendidikan Keimanan
Untuk mengawali pembahasan tentang pentingnya pendidikan keimanan ini tidak ada salahnya kalau kita perhatikan terlebih dahulu Firman Allah dalam Al Qur’an Surat Luqman ayat 13 berikut ini :
وَإِذْقَالَ لُقْمَانُ لابْنِهِ وَهُوَ يَعِظُهُ يَابُنَيَّ لاَتُشْرِكْ بِاللهِ إِنَّ الشِّرْكَ لَظُلْمٌ عَظِيمٌ
Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, di waktu ia memberi pelajaran kepadanya: “Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah, Sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar”.
Bila kita membaca dan mengkaji ayat di atas lebih dalam mungkin kita akan bertanya seberapa hebat Luqman ini di banding dengan tokoh terdahulu lainnya, mengapa harus Luqman yang diabadikan Allah dalam Al Quran, dan siapa sebenarnya Luqman ?
Tentang siapa Luqman para ulama berselisih pendapat dalam masalah penamaan ayah dan nashabnya, kenabian dan kasabnya serta sifat-sifat fisiknya. Ibnu Katsir menyebutnya sebagai Luqman bin Anqa bin Sadun. Sebagian besar ulama salaf menyebutkan Luqman bukanlah Nabi dan tidak pula mendapatkan wahyu, melainkan ia seorang wali Allah yang shalih dan bijaksana, yang telah dikarunia Allah berbagai keutamaan, berupa kecerdasan akal, kedalaman pemahaman terhadap tauhidullah, pendiam dan tenang, serta setiap tutur katanya syarat dengan hikmah. Sementara dalam masalah pekerjaan beliau, ada ulama yang mengatakan bahwa beliau adalah seorang budak hitam yang bekerja sebagai tukang kayu. Ada juga yang mengatakan sebagai penjahit, ada juga yang mengatakan sebagai penggembala, dan ada juga yang menyebutnya sebagai seorang hakim (qadhi) pada masyarakat Bani Israil.
Terlepas dari semua perbedaan pendapat tentang profil seorang Luqman, hal yang paling penting mengenai sosok Luqman bahwa beliau adalah seorang figur orang tua pada masa lalu yang memiliki perhatian besar terhadap pendidikan keimanan anak-anaknya agar senantiasa menjauhi perbuatan syirik dan selalu berbuat baik kepada orang tua. Oleh sebab itu layaklah bagi Luqman diabadikan Allah dalam Al Quran karena perhatiannya yang besar terhadap pendidikan keimanan dan akhlaq.
Kewajiban mengajarkan keimanan yang dicontohkan Luqman sudah sepatutnya ditiru oleh semua orang tua dan para pendidik. Orang tua dan para pendidik memiliki kewajiban untuk menumbuhkan pemahaman menyeluruh mengenai iman dan ajaran Islam sejak awal pertumbuhannya, sehingga anak-anak akan terikat dengan Islam, baik aqidah maupun ibadah. Dan dengan pendidikan iman ini diharapkan anak hanya akan mengenal Islam sebagai agamanya, Al Qur’an sebagai Imamnya dan Rasulullah SAW sebagai pemimpin dan teladannya.
Ada beberapa hal yang yang sesuai petunjuk Rasul saw dalam menyampaikan dasar-dasar keimanan dan rukun Islam, yaitu :
1. Membuka kehidupan anak dengan kalimat “لا إله إلا الله”
Al hakim meriwayatkan dari Ibnu Abbas ra, dari Nabi SAW bahwa beliau bersabda :
لا إله إلا الله إفتحوا على صبيانكم أول كلمة
Bacakanlah kepada anak-anak kamu kalimat pertama dengan “laa ilaaha illallah (tidak ada Tuhan selain Allah)
Anjuran mengumandangkan Adzan di telingan sebelah kanan dan Iqamah di telinga sebelah kiri saat kelahiran anak adalah sebuah upaya yang diharapkan mempunyai pengaruh terhadap penanaman dasar-dasar aqidah, tauhid, dan iman bagi anak. Kita semua tahu kalau pada lafadz adzan dan iqamah itu ada kalimah thoyibah “ لا إله إلا الله ” sehingga kalimah tauhid dan syiar masuk Islam menjadi yang pertama masuk ke dalam pendengaran mereka, kalimat yang pertama kali diucapkan lisannya, dan menjadi lafal pertama yang difahaminya.
2. Mengenalkan hukum halal dan haram kepada anak
Ibnu Jarir dan Ibnu Munzir meriwayatkan dari Ibnu Abbas bahwa ia berkata :
اعلموا بطاعة الله واتقوا معاصي الله, ومروا أولادكم بامتثال الأوامر, واجتناب النواهي, فذالك وقاية لهم ولكم من النار
“Ajarkanlah mereka untuk taat kepada Allah dan takut berbuat maksiat kepada Allah suruhlah anak-anak kamu untuk mentaati perintah dan menjauhi larangan. Karena hal itu akan memelihara mereka dan kamu dari api neraka”.
Rahasianya adalah agar ketika anak membukakan kedua matanya dan tumbuh besar, ia telah mengenal perintah Allah, sehingga ia bersegera untuk melaksanakannya, dan ia mengerti larangan-larangan-Nya, sehingga menjauhinya. Apabila sejak anak memasuki masa baligh telah memahami hukum-hukum halal dan haram, di samping telah terikat dengan hukum-hukum syari’at maka untuk selanjutnya ia tidak akan mengenal hukum dan undang-undang lain selain Islam.
3. Menyuruh anak untuk beribadah pada usia tujuh tahun
Al Hakim dan Abu Dawud meriwayatkan dari Ibnu Amr bin Al-‘Ash ra. Dari Rasulullah saw. Beliau bersabda :
مروا أولادكم بالصلاة وهم أبناء سبع سنين واضربوهم عليها وهم أبناء عشر سنين وفرقوا بينهم في المضاجع
Suruhlah anak-anakmu menjalankan ibadah shalat jika mereka sudah berusia tujuh tahun. Dan jika mereka sudah berusia sepuluh tahun, maka pukullah mereka jika tidak mau melaksanakan shalat dan pisahkan tempat tidur mereka.
Hikmah di balik perintah ini adalah agar anak dapat mempelajari hukum-hukum ibadah sejak masa pertumbuhan. Sehingga ketika anak tumbuh besar, ia telah terbiasa melakukan dan terdidik untuk mentaati Allah, melaksanakan hak-Nya, bersyukur kepada-Nya, kembali kepada-Nya, berpegang kepada-Nya, bersandar kepada-Nya dan berserah diri kepada-Nya. Disamping itu anak akan mendapatkan kesucian ruh, kesehatan jasmani, kebaikan akhlak, perkataan dan perbuatan didalam berbagai bentuk ibadah.
4. Mendidik Anak-anak Untuk Mencintai Rasul, Keluarganya, dan Membaca Al Qur’an.
At thabrani Meriwayatkan dari Ali ra. Bahwa Nabi SAW bersabda :
عن علي بن أبي طالب رضي الله عنه قال: قال رسول الله صلى الله عليه وسلم :”أدبوا أولادكم على خصال ثلاث: على حب نبيكم، وحب أهل بيته، وعلى قراءة القرآن، فإن حملة القرآن في ظل الله يوم لا ظل إلا ظله مع أنبيائه وأصفيائه ( رواه الطبران)
Dari Ali bin Abi Thalib ra dia berkata : Berkata Rasulullah saw : Didiklah anak-anak kamu mencinta Nabi kamu, mencintai ahli baitnya, dan membaca Al Qur’an. Sebab, orang-orang yang memelihara Al Qur’an itu berada dalam lindungan singgasana Allah pada hari tidak ada perlindungan selain daripada perlindungan-Nya beserta para Nabi dan orang-orang suci (H.R. Thabrani)
Saat mengajarkan anak didik kita mencintai Nabi beritahukanlah kepada mereka tentang cara-cara berperang Rasulullah, akhlak Rasulullah, perjalanan hidup para shahabat, kepribadian para pemimpin yang agung dan terhormat.
Hikmah di balik perintah itu adalah agar anak-anak mampu meneladani perjalanan hidup orang-orang terdahulu, baik mengenai gerakan, kepahlawanan dan jihad mereka. Disamping itu, agar anak-anak terikat pada sejarah, baik perasaan maupun kejayaan, termasuk keterikatan mereka pada Al Qur’an.
B. Hal-Hal Yang Dapat Merusak Keimanan
Secara garis besar, hal-hal yang dapat merusak keimanan seseorang ada dua hal yaitu :
1. Syirik
Syirik adalah menyamakan selain Allah dengan Allah pada perkara yang merupakan hak istimewa-Nya. Hak Istimewa Allah seperti : Ibadah, mencipta, mengatur, member manfaat dan mudharat, membuat hokum dan syari’at dan lain-lain.
Syirik terbagi ke dalam berbagai macam tergantung dikelompokkan pada kelompok yang mana. Diantaranya adalah :
a. Syirik Yang terkait dengan Kekhususan Allah
1) Syirik di dalam rububiyah
Yaitu meyakini bahwa selain Allah mampu menciptakan, memberi rezeki, menghidupkan atau mematikan dan lainnya dari sifat-sifat rububiyyah.
2) Syirik di dalam uluhiyah
Yaitu meyakini bahwa selain Allah bisa memberikan madharat atau manfaat, memberikan syafaat tanpa izin Allah, dan lainnya yang termasuk sifat-sifat uluhiyyah.
3) Syirik di dalam asma wa shifat
Yaitu seorang meyakini bahwa sebagian makhluk Allah memiliki sifat-sifat khusus yang Allah ta’alla miliki, seperti mengetahui perkara gaib, dan sifat-sifat lainnya yang merupakan kekhususan Rabb kita yang Maha suci.
b. Syirik Menurut Kadarnya
Menurut kadarnya syirik terbagi ke dalam tiga bagian yaitu :
1) Syirik Akbar
Hakikat syirik akbar adalah memalingkan salah satu jenis ibadah kepada selain Allah, seperti memohon kepada selain Allah, menyembelih hewan diperuntukan sebagai tumbal, memohon perlindungan kepada orang yang sudah mati dan lain-lain.
Syirik ini adalah syirik yang bisa menyebabkan pelakunya keluar dari ajaran Islam. Dalil yang menunjukan tidak bolehnya melakukan syirik akbar terdapat dalam Al Qur’an surat Annisa ayat 116, yang berbunyi :
إِنَّ اللهَ لاَيَغْفِرُ أَن يُشْرَكَ بِهِ وَيَغْفِرُ مَادُونَ ذَلِكَ لِمَن يَشَآءُ وَمَن يُشْرِكْ بِاللهِ فَقَدْ ضَلَّ ضَلاَلاً بَعِيدًا
Sesungguhnya Allah tidak mengampuni dosa mempersekutukan (sesuatu) dengan Dia, dan Dia mengampuni dosa yang selain syirik bagi siapa yang dikehendaki-Nya. Barangsiapa yang mempersekutukan (sesuatu) dengan Allah, Maka Sesungguhnya ia telah tersesat sejauh-jauhnya.
Ada empat macam perbuatan syirik yang termasuk syirik akbar, yaitu :
a) Syirik dalam berdo’a
Yaitu meminta kepada selain Allah, disamping meminta kepada-Nya. Dalil yang menunjukan adanya syirik dalam berdoa ini terdapat dalam Al Qur’an surat Al Ankabut ayat 65 yang berbunyi :
فَإِذَا رَكِبُوا فِي الْفُلْكِ دَعَوُا اللهَ مُخْلِصِينَ لَهُ الدِّينَ فَلَمَّا نَجَّاهُمْ إِلَى الْبَرِّ إِذَا هُمْ يُشْرِكُونَ
Maka apabila mereka naik kapal mereka mendoa kepada Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya; Maka tatkala Allah menyelamatkan mereka sampai ke darat, tiba-tiba merek (kembali) mempersekutukan (Allah)
b) Syirik dalam niat, kehendak, dan maksud.
Syirik jenis ini terjadi manakala melakukan ibadah semata-mata ingin dilihat orang atau hanya untuk kepentingan dunia.
Dalilnya terdapat dalam Q.S. Hud ayat 15-16 yang berbunyi :
مَن كَانَ يُرِيدُ الْحَيَاةَ الدُّنْيَا وَزِينَتَهَا نُوَفِّ إِلَيْهِمْ أَعْمَالَهُمْ فِيهَا وَهُمْ فِيهَا لاَيُبْخَسُونَ أُوْلَئِكَ الَّذِينَ لَيْسَ لَهُمْ فِي اْلأَخِرَةِ إِلاَّ النَّارَ وَحَبِطَ مَاصَنَعُوا فِيهَا وَبَاطِلٌ مَّاكَانُوا يَعْمَلُونَ
Barangsiapa yang menghendaki kehidupan dunia dan perhiasannya, niscaya Kami berikan kepada mereka Balasan pekerjaan mereka di dunia dengan sempurna dan mereka di dunia itu tidak akan dirugikan.
16. Itulah orang-orang yang tidak memperoleh di akhirat, kecuali neraka dan lenyaplah di akhirat itu apa yang telah mereka usahakan di dunia dan sia-sialah apa yang telah mereka kerjakan
c) Syirik dalam ketaatan
Yaitu menjadikan sesuatu sebagai pembuat syari’at selain Allah swt yang senantiasa ditaati atau menjadikan sesuatu sebagai sekutu bagi Allah dalam menjalankan syari’at dan ridho atas hokum tersebut.
Dalil yang menunjukan musyrik jenis ini adalah Q.S. At Taubah ayat 31 yang berbunyi :
اِتَّخَذُوْا أَحْبَارَهُمْ وَرُهْبَانَهُمْ أَرْبَابًا مِنْ دُوْنِ اللهِ وَالْمَسِيْحَ ابْنَ مَرْيَمَ وَمَآأُمِرُوْا إِلاَّ لِيَعْبُدُوْا إِلَهًا وَاحِدًا لآإِلَهَ إِلاَّ هُوَ سُبْحَانَهُ عَمَّا يُشْرِكُوْنَ
Mereka menjadikan orang-orang alimnya dan rahib-rahib mereka sebagai Tuhan selain Allah dan (juga mereka mempertuhankan) Al masih putera Maryam, Padahal mereka hanya disuruh menyembah Tuhan yang Esa, tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Dia. Maha suci Allah dari apa yang mereka persekutukan.
d) Syirik dalam kecintaan
Yaitu mencintai seseorang, baik wali atau lainnya sebagaimana mencintai Allah atau menyetarakan cintanya kepada makhluq dengan cintanya kepada Allah.
Dalil yang menunjukan syirik jenis ini terdapat dalam Q.S. Al Baqarah ayat 165, yang berbunyi :
وَمِنَ النَّاسِ مَن يَتَّخِذُ مِن دُونِ اللهِ أَندَادًا يُحِبُّونَهُمْ كَحُبِّ اللهِ وَالَّذِينَ ءَامَنُوا أَشَدُّ حُبًّا للهِ وَلَوْ يَرَى الَّذِينَ ظَلَمُوا إِذْ يَرَوْنَ الْعَذَابَ أَنَّ الْقُوَّةَ للهِ جَمِيعًا وَأَنَّ اللهَ شَدِيدُ الْعَذَابِ
Dan diantara manusia ada orang-orang yang menyembah tandingan-tandingan selain Allah; mereka mencintainya sebagaimana mereka mencintai Allah. Adapun orang-orang yang beriman Amat sangat cintanya kepada Allah. dan jika seandainya orang-orang yang berbuat zalim itu mengetahui ketika mereka melihat siksa (pada hari kiamat), bahwa kekuatan itu kepunyaan Allah semuanya, dan bahwa Allah Amat berat siksaan-Nya (niscaya mereka menyesal).
2) Syirik Asghar
Syirik asghar adalah syirik kecil, hal ini tidak mengeluarkan pelakunya dari agama Islam hanya mengurangi nilai ketauhidan yang dimilikinya, akan tetapi pelakunya wajib bertaubat.
Syrik Asghar bisa terjadi dalam bentuk ucapan maupun dalam bentuk perbuatan. Yang dalam bentuk ucapan seperti ketika sesorang yang bersumpah dengan atas nama selain Allah dalam ucapannya : “Masyaa Allah wa syita…” (atas kehendak Allah dan kehendakmu) dan lain-lain. Seperti dalam Hadits Nabi : “Barang siapa yang bersumpah dengan selain nama Allah, maka ia telah berbuat syirik. (H.R. Ahmad).
Yang dalam bentuk perbuatan seperti memakai gelang, benang, dan sejenisnya sebagai pengusir atau penangkal bahaya. Jika ia meyakini bahwa benda-benda tersebut memiliki atsar untuk menolak atau menangkal bala maka terjadilah kemusyrikan, dan jika tidak insya Allah tidak termasuk syirik.
Dalil yang menujukan hal ini terdapat dalam Q.S. Al Kahfi ayat 110 yang berbunyi :
قُلْ إِنَّمَآ أَنَا بَشَرٌ مِّثْلَكُمْ يُوحَى إِلَىَّ أَنَّمَآ إِلاَهُكُمْ إِلَهٌ وَاحِدٌ فَمَنْ كَانَ يَرْجُوا لِقَآءَ رَبِّهِ فَلْيَعْمَلْ عَمَلاً صَالِحًا وَلاَيُشْرِكُ بِعِبَادَةِ رَبِّهِ أَحَدًا
Katakanlah: Sesungguhnya aku ini manusia biasa seperti kamu, yang diwahyukan kepadaku: “Bahwa Sesungguhnya Tuhan kamu itu adalah Tuhan yang Esa”. Barangsiapa mengharap perjumpaan dengan Tuhannya, Maka hendaklah ia mengerjakan amal yang saleh dan janganlah ia mempersekutukan seorangpun dalam beribadat kepada Tuhannya”.
3) Syirik Khafi
Syirik khafi atau syirik yang tersembunyi adalah seseorang yang beramal dikarenakan keberadaan orang lain, atau bahkan ketika seseorang meninggalkan perbuatan karena keberadaan orang lain. Seperti riya, sum’ah dan lain-lain.
Dalil yang menunjukan terhadpa syirik khafi selain seperti yang telah disebutkan dalam dalil syirik asghhar (Q.S. Al Kahfi : 110), juga hadits nabi yang berbunyi :
c. Syirik Menurut Letak Terjadinya
Dilihat dari letak atau tempat terjadinya, syirik terbagi tiga yaitu :
1) Syirik ‘Itiqadi, yaitu berupa keyakinan seperti seseorang yang meyakini bahwa Allah swt yang telah menciptakan kita dan member rezeki kepad kita namun di sisi lain juga percaya bahwa dukun bisa mengubah taqdir yang telah digariskan kepada kita.
2) Syirik Amali, yaitu setiap amalan fisik yang dinilai oleh syariat sebagai kemusyrikan, seperti menyembelih untuk selain Allah.
3) Syrik Lafdzi, yaitu setiap lafadz yang dihukumi syariat sebagai kemusyrikan seperti bersumpah dengan selain nama Allah, atau seperti perkataan seseorang : “Kalau bukan karena Allah dan si fulan tentu hal ini tidak akan bengini dan begitu”.
2. Riddah
Riddah artinya keluar dari ajaran Islam, pelakunya disebut murtad. Bagi setiap muslim wajib menjaga keislamannya dan memeliharanya dari hal-hal yang merusak, membatalkan, dan memutuskan keislamanya.
Riddah ada tiga macam, yaitu :
1. Riddah I’tiqodi, yaitu murtad yang dilakukan oleh hati.
Contoh : meragukan adanya Allah, surga, neraka, dan lain-lain yang harus diyakini dan imani oleh setiap muslim. Contoh lainnya : Mengakui adanya Nabi setelah Nabi Muhammad, Menghalalkan segala sesuatu yang telah diharamkan syariat atau sebaliknya, menganggap tidak ada salah satu huruf dari Alquran padahal para ulama telah sepakat tentang keberadaan hurup tersebut, dan lain-lain.
2. Riddah Fi’li, yaitu murtad karena perbuatan yang bertentangan dengan ajaran Islam.
Contoh : bersujud kepada patung (walaupun bergurau), melakukan peraktek ibadah agama lain dan sebagainya. Bahkan memerankan tokoh kafir dengan melakukan adegan ritual dalam sebuah film walau hanya sekedar tuntutan skenario.
3. Riddah Qouli, yaitu murtad yang disebabkan oleh ucapan (walaupun hanya sekedar bercanda dan tidak masuk hati).
Yang termasuk contoh murtad ucapan sangat banyak oleh karena itu kita harus hati-hati jangan sampai mengucapkan kata-kata yang menyebabkan kita keluar dari Islam . Diantaranya adalah :
- Menghina sesuatu yang dimulyakan Allah, seperti : malaikat, Nabi, dsb
- Mempermainkan ajaran Islam walaupun tidak sampai ke hati.Seperti seseorang sambil bergurau berkata : “ buat apa shalat, shalat itu hanya menghambur-hambur waktu saja”. Atau berkata : “ Mengapa kita harus mempercayai Al Quran, bukankah Al Qur’an itu omongan bohong Muhammad ?. Dsb.
- Mencemoohkan atau berolok-olok mempergunakan ayat-ayat Al Qur’an walaupun tidak sampai ke hati. Seperti : Ketika Khotib berkata “Ya Ayyuhan Nas “ kemudian kita berkata : “Aya Iyuh Aya Panas”. Contoh Lain, Ketika ada seseorang yang kentut dengan suara yang nyaring kemudian kita berkata : “ Wah..! kentutnya segede ‘alaihim”. Atau ketika kita melihat orang yang menimbang kemudian kita berkata dengan maksud berolok-olok : “waidza kaaluhum au wazaanuhum yukhsiruun. Dan Masih banyak lagi contoh yang lainnya.
Kata-kata contoh di atas memang ringan diucapkannya tapi kata-kata tersebut bisa menyebabkan kita keluar dari ajaran Islam (murtad), walaupun mengucapkannya tidak sampai ke hati.
C. Upaya-Upaya yang Harus dilakukan Untuk menjaga Kemurnian keimanan
Pada sub judul sebelumnya kita telah mengetahui tentang hal-hal yang dapat merusak keimanan kita adalah syirik dan riddah. Maka upaya yang harus kita lakukan agar keimanan kita tetap terjaga kemurniannya adalah dengan cara menghindari syirik dan riddah jangan sampai kita lakun.
1. Tata Cara Menjauhi perbuatan Syirik
Agar terhindar dari perbuatan syirik ada baiknya kalau kita memahami dan mengamalkan hal-hal berikut ini :
- Mengimani Allah dengan sebenar-benarnya.
- Mengingat dan meyakini Allah swt yang telah menciptakan alam semesta ini.
- Mempergunakan akal pikiran yang benar. Bila seseorang mempersekutukan Allah dengan suatu benda berati tidak berpikiran Benar, karena benda yang disembah itu adalah ciptaan Allah dan tidak mempunyai kekuatan apa-apa.
- Meyakini bahwa Allah menciptakan jin dan manusia untuk beribadah kepada Allah swt.
- Meyakini bahwa satu-satunya agama yang benar hanyalah Islam dan Islam melarang umatnya berbuat syirik.
2. Tata Cara menjauhi Perbuatan Riddah (murtad)
Untuk menghindari perbuatan riddah perlu ditegakan hal-hal berikut ini :
- Melaksanakan ajaran Islam dengan sungguh-sungguh. Agar Iman semaikn mantap maka kita harus memupuknya diantaranya dengan cara selalu melaksanakan shalat wajib tepat waktu, mendekati para ulama dan sumber ilmu agama, melaksanakan berbagai kegiatan yang dapatmeningkatkan keimanan.
- Kembali kepada Al Quran dan Sunnah sebagai rujukan seluruh aktivitas yang kita lakukan tanpa melupakan pendapat-pendapat ulama salafus shalih yang berpegang pada Al Quran dan Sunnah.
- Mendirikan lembaga-lembaga yang bekerja secara ikhlash untuk memberi informasi seluas mungkin kepada masyarakat tentang ajaran Islam.
- Memberdayakan dan meningkatkan ekonomi masyarakat muslim, karena kemiskinan seringkali menjadi penyebab murtad.
BAB III
PENUTUP
Dari pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa Keimanan yang ada pada kita harus senantiasa dipupuk dan dijaga dari segala hal yang dapat merusak kemurnian keimanan kita. Setidaknya ada dua hal yang harus kita waspadai sebagai perusak kemurnian keimanan kita yaitu syirik dan riddah, Walaupun perpindahan agama sebagai salah satu contoh perbuatan riddah adalah bagian dari hak asasi manusia tetapi dalam Islam hal itu termasuk ke dalam kejahatan besar yang hukuman maksimalnya adalah diperangi (dibunuh).
Banyak ayat-ayat Al Qur’an dan hadits yang memberikan petunjuk kepada kita agar kita mewaspadai kedua perbuatan tersebut, jika salahsatunya kita lakukan maka hal itu akan membuat keimanan kita bathal dan terlepas.
Kembali kepada Al Qura’an dan sunnah adalah salah satu upaya yang harus kita lakukan dalam rangka menangkal terjadinya perbuatan syirik dan riddah pada kita. Sehingga jika kemurnian keimanan kita telah terjaga dengan baik maka insya Allah para pemilik kemurnian keimanan ini akan masuk surge tanpa perhitungan terlebih dahulu.
DAFTAR PUSTAKA
Affandi, Choer KH, 1996, Aqidah Islamiyah, Tasikmalaya : Yayasan Miftahul Huda
Ahmad bin Taimiyah dan Muhammad bin Abd. Wahhab, 1991, Majmu’atuttauhid, Beirut : Daar el Fikr
Ilyas, Yunahar, 1998, Kuliyah Aqidah Islam, Yogyakarta : LPPI (Lembaga Pengkajian dan Pengamalan Islam)
Syaikh Abdullah bin Khusain, tth, Sulam al Taufiq, Bandung : PT Al Ma’arif
Shalih bin Fauzan, 2001, Kitab Tauhid (terj), Yogyakarta : UII (Universitas Islam Indonesia)
Ulwan, Abdullah nasih, 1988, Pedoman Pendidikan Anak Dalam Islam, Bandung : Asy-syifa
Abu Ihsan, 2004, Syirik dan Macam-macamnya, http:///wwEw.vbMaituMMllah.or.id, 05 Mei 2010
Ummu Aufa, 2008, Macam-macam syirik (edisi 27 Maret 2008), http://muslimah.or.id/aqidah/macam-macam-syirik.html , 05 Mei 2010.
Catatan Kaki :